Nov 18, 2013

Ketika Ikhlas Menjadi Obat Kesedihan Hati


Rasanya penat, pusing, dan lelah melihat tumpukan tugas yang menjadi tanggungan. Rasanya sedih ketika rindu tapi belum bisa bertemu. Rasanya jemu karena belum sempat refreshing, tapi waktu tanpa toleransi mempertemukan kembali dengan hari Senin. Yang ada hanya keluh kesah dan semua beban jadi tambah berat.



Tak lagi ingin berbagi cerita dengan orang lain, karena hal itu hanya akan menunjukan kelemahan dan membebani orang lain dengan keluhan saya.

Sejenak merenung, melihat sekeliling. Merasa bahwa ada suatu hal yang saya lupa. Jam dinding menunjukkan waktu untuk sholat ashar. Saya beranjak dan mengambil wudhu.

Terasa dingin air wudhu membasuh wajah. Ringan, serasa beban ikut terbawa mengalir bersama air. Saya kenakan mukena dan mengangkat kedua tangan seraya membaca takbir. Demikian, roka'at demi roka'at dilaksanakan. Tersadar saya tentang suatu hal:

Apa yang telah ditakdirkan oleh Allah untuk kita memiliki rahasia yang mungkin itulah jalan terbaik untuk kita. Semua pilihan yang telah dipilihkan oleh Allah tentunya adalah pilihan terbaik yang sesuai dengan diri kita. Begitu juga beban yang kita tanggung tentunya Allah telah memilah karena itulah porsi kita. Dan Allah tak pernah jauh. Untuk apa mengubar masalah dan keluh kesah kepada makhluk, sedangkan Allah merupakan tempat berkeluh kesah yang terbaik, yang Maha Kuasa, yang hanya mampu membantu kita. Untuk apa pula bersedih dan putus asa dengan masalah, sedangkan Allah tempat meminta, meminta segala bantuan jikalau kita kesusahan.

Kuncinya hanya satu, ikhlas menghadapi semua. Sedangkan tawakal dan ikhtiar adalah senjata untuk melawan masalah.

Dari situ saya berpikir kembali. Mengapa hari-hari saya selalu diributkan dengan kesibukan dunia? Tugas? Kerja? dan lain sebagainya. Padahal tujuan saya sebenarnya bukan itu, bukan! Saya ingin menggapai jannah. Iya, kehidupan akhiratlah yang seharusnya jadi prioritas saya. Beban di dunia, masalah di dunia, tak selamanya akan kita tanggung, yah, tidak selamanya dan itu akan berakhir dalam waktu yang tak lama, tak lebih dari 100 tahun.

0 komentar:

Post a Comment