Sep 6, 2017

PCOS Fighter: Didiagnosa PCOS Setelah Periksa ke Dokter SpOG yang Ke-5



Hmm...sedikit sulit untuk memutuskan apakah cerita ini mau aku share atau tidak. Tapi pada akhirnya ditulis juga.:P Pengalaman ini saya tulis bukan untuk berbagi kesedihan atau meminta empati, melainkan untuk berbagi pengalaman dan ilmu. Karena aku yakin di luar sana banyak wanita yang juga senasib denganku atau bahkan ada yang belum menyadari/mengetahui bahwa dirinya juga PCOS. So, langsung cus aja ya, inilah kisah aku.

Aku menikah sejak tahun 2013 dan tahun ini usia pernikahanku genap 4 tahun (Alhamdulillah). Di awal pernikahan kami tidak segera memiliki momongan dikarenakan kondisi yang masih LDM (long distance marriage). Suamiku bekerja sebagai pelaut dan kantornya ada di Kalimantan sedangkan aku di Blitar. Seminggu setelah menikah suami harus kerja lagi karena cutinya sudah habis. Jujur kondisi pernikahan yangg seperti ini membuat aku stress banget. Aku bukan tipe orang yang bisa menjalani hubungan jarak jauh. Apalagi ini 3 bulan ditinggal kerja dan ketemu hanya 2 mingguan.

Sejak menikah mulailah aku mengalami permasalahan siklus menstruasi. Yep, sejak saat itu (mungkin karena stress berlebih) siklus jadi tidak teratur dan kacau. Biasa haid sebulan sekali sekarang bisa 2 atau 3 bulan baru haid. Sungguh tidak nyaman.
Dan karena khawatir maka aku menemui dokter SpOG (dokter pertama). Dokter ini lumayan terkenal di kotaku dan pasiennya banyak banget. Antrinya mulai dari sebelum maghrib dan jam 11 malam baru bisa diperiksa (ini nyiksa banget). Dokternya ramah dan enak diajak konsultasi. Pertama berkunjung hanya diberi vitamin dan suruh tunggu haidnya datang sendiri. Sedikit kecewa sih tapi karena dokter bilangnya aku baik-baik saja, rahim dan ovarium bagus, so aku nurut saja. Dan beberapa minggu setelahnya aku haid juga. Tapi siklus berikutnya haid mulai telat lagi.

Kunjungan kedua ke dokter yang sama, kali ini dokter memberi resep berbeda. Dokter bilang karena aku stress banyak pikiran jadinya hormonku tidak seimbang, jadi aku diresepin pil KB untuk 3 bulan supaya hormonnya normal dan haidnya teratur. Tapi, kali ini aku tidak sependapat dengan dokter. Kenapa harus pil KB? Dan akhirnya aku bilang ke suami dan suami melarang untuk menggunakan pil KB. So, aku ganti dokter SpOG.

Oiya, sekedar informasi, kalau kalian didiagnosa PCOS, maka jangan sekali-kali menggunakan pil KB untuk melancarkan haid, karena pil KB akan memperburuk kondisi ovarium.
Berlanjut dengan haid yang sering telat dan tidak teratur, akhirnya aku melanjutkan ke dokter SpOG yang kedua. Kali ini antrinya juga lumayan banyak, tapi lebih cepet. Dan dokternya juga cepet banget memeriksanya. Tapi disini aku tidak diresepin pil KB, melainkan obat regumen, sejenis obat hormon progresteron sintetis setahuku. Setelah minum obat itu selama seminggu akhirnya 5 hari kemudian aku haid. Kata dokter setelah minum obat itu haidnya akan lancar, tapi itu sepertinya tidak berlaku ke aku. Oia, sebelumnya dokter kedua ini juga bilang kalau kondisiku baik-baik saja dan rahim serta ovarium juga sehat.

Beberapa bulan selanjutnya aku masih konsultasi ke dokter SpOg yang kedua ini, dan sampai pada usia pernikahan satu setengah tahun, aku dan suami memutuskan untuk program hamil ke dokter.
Kali ini suami resign dari pekerjaannya dan berniat cari kerja lain yang bisa lebih sering ketemu keluarga. Karena sedang ada waktu luang akhirnya ketika aku periksa ke dokter (karena haid telaat lagi) kami memutuskan untuk sekalian program hamil. Setelah dokter meresepkan obat regumen untuk memancing haid, dia menyuruh kami kembali lagi pada saat haid pertama. Dan kembalilah kami kesana. Setelah usg, dokter meresepkan obat penyubur untuk kami berdua. Selama sebulan kami ikuti aturan dokter untuk program dan minum obat. Bulan berikutnya, aku coba untuk test pack pada siang hari (harusnya sih pagi ya) dan kaget banget ketika garis yang muncul ada dua (yeey),, biasanya cuma satu garis.

Keesokannya kami periksa dan dokter tersebut menyatakan bahwa aku hamil. Aku excited banget dan pulangnya langsung beli susu hamil. Tapi, Allah berkehendak lain, dua hari setelah periksa, aku pendarahan dan keguguran. Saat itu juga aku dibawa ke UGD dan dipindahkan ke ruang tindakan. Paginya aku dikuret, dan itu pengalaman yang super tidak enak. Karena obat bius yang disuntikan ke aku belum bekerja sepenuhnya, tapi dokter sudah melakukan tindakan kuretase.. itu ngilu banget.
Setelah keguguran, aku sempet down, trauma (mungkin sampai sekarang ya), dan campur aduk. Setelahnya suami daftar CPNS dan Alhamdulillah diterima.

Aku akhirnya resign dari pekerjaanku (sebagai guru TKJ di SMK swasta) dan ikut suami ke Jakarta. Di Jakarta aku menemui dokter SpOG lagi dan ini adalah dokter ketiga. Masih tetap sama dengan keluhan sebelumnya yaitu haid yang tidak teratur. Ketika periksa, seperti dokter sebelumnya aku diresepin regumen dan suruh kembali saat haid kedua dan pada saat hari ke-14. Dihari kedua haid aku diberi obat penyubur dan vitamin tapi suami tidak diberi obat apapun. Dan di hari ke-14 aku diperiksa sel telurnya dan Alhamdulillah bagus. Namun ternyata aku belum hamil juga. Kemungkinan karena suami kecapekan jadi kondisi suami kurang vit dan belum bisa membuahi sel telur dengan baik.
Sebulan setelahnya kami pindah dari Jakarta. Namun kali ini haru LDM lagi. Suami di Sorong Papua Barat dan aku di Blitar. Beberapa bulan kami LDM dan seperti biasa kalau lagi LDM aku pasti tidak tenang dan stress level jadi meningkat. So, haidnya juga masih tidak teratur.

Mei 2016 aku akhirnya ikut suami pindah ke Sorong. Di Sorong keadaannya juga tidak lebih baik, malah lebih serem (saat awal-awal datang) karena tetep sering ditinggal suami diklat keluar kota atau patroli. Dan, aku harus survive sendiri di kota baru yang belum aku kenal. Dan kondisi keamanannya masih sangat rawan.

Langsung aja, di Sorong setelah bisa bareng suami, akhirnya aku kembali menemui dokter SpOG. Aku ke dokter yang ini dari akhir tahun 2016 sampai awal 2017dan ini adalah dokter keempat. Dokter ini pasiennya banyak dan antrinya cukup lama. Dan seperti sebelumnya aku diperiksa dan kondisinya sehat lalu diberi resep regumen dan akhirnya aku haid. Beberapa bulan lagi aku datang lagi karena masalah yang sam dan kembali diresepkan regumen. Aku dan suami belum bisa program hamil lagi karena suami masih sering tugas patroli yang notabene harus keluar Sorong selama berminggu-minggu. Ini bener-bener membuatku jadi hopeless.




Tahun 2017 sebelum Ramadhan, secara gak sengaja temenku (istri dari teman sekantor suami) memberikan informasi dokter SpOG yang bagus di Sorong, dia berani rekomdasikan ke aku karena dia sudah pernah periksa kesana. Dan beruntungnya lagi dokter yang kali ini adalah perempuan (empat dokter sebelumnya adalah laki-laki). Berarti ini adalah dokter kelima. Setelah dapat info aku dan suami segera datang ke dokter tersebut. Kami periksa ke dokter ini pas awal Ramadhan.
Dokter SpOG yang ini orangnya ramah, komunikatif, dan enak diajak konsultasi. Saat itu aku antri tidak lama karena dapat nomor antrian kedua. Dan, setelah dilakukan USG transvaginal barulah diketahui kalau aku mengidap PCOS, karena sel telurku banyak dan kecil-kecil. Dan karena PCOS inilah haidku jadi tidak teratur dan hormonku gak seimbang. 
(foto USG kedua setelah divonis PCOS)

PCOS adalah Polycystic Ovari Syndrom, yang secara garis besarnya adalah kondisi terganggunnya fungsi hormon pada wanita. Belum dikathui jelas penyebabnya namun stress yang kronis bisa memicu tambah parahnya PCOS.

Sebelumnya aku sudah mengira mungkin aku mengidap PCOS, dan setelah dokter mendiagnosa aku mengidap PCOS aku jadi tahu apa yang harus aku lakukan selanjutnya meskipun masih harus research sana-sini. Awalnya aku kaget, sedih, dan down setelah divonis PCOS, tapi disisi lain aku bersyukur banget kepada Allah karena sudah memberi jalan petunjuk sehingga aku bisa mendapatkan treatment yang tepat sesuai dengan keluhanku. Jadi gak minum obat hormon lagi, karena kalau terus-terusan minum obat tersebut bisa beresiko juga karena efek sampingnya yang cukup berbahaya.
So, ini awal dari ceritaku untuk berjuang melawan PCOS. Saat ini aku sedang treatment dengan obat Inlacin selama tiga bulan dan sekarang sudah masuk bulan terakhir. Namun sayangnya kami belum bisa promil ke dokter dulu karena sampai akhir tahun 2017 ini suami masih sibuk dengan patroli dan diklat. :'(
(foto Inlacin dan folavit resep dari dokter)
Dan di tulisan selanjutnya untuk tag PCOS Fighter, aku akan share tentang apa saja usahaku dan apapun itu yang berhubungan dengan PCOS.
Sekian dan terima kasih.

4 comments:

  1. Semangaaat..
    InsyaAllah segera dikasih..

    Temenku ada yg jg PCOS, haidnya juga tidak teratur spt itu.
    Alhamdulillah bisa hamil.
    Bahkan saat mau hamil itu, dia tidak haid 3 bulan.

    ReplyDelete
  2. mbak, minum minyak zaitun coba. 2 sendok sehari.

    ReplyDelete
  3. Manfaat minum minyak zaitun utk apa mbk??

    ReplyDelete
  4. Apa sekarang sudah hamil kak ?

    ReplyDelete