Assalamualaikum...
Sudah lama sekali blog ini tidak aku kunjungi. Terakhir posting mungkin dua tahun lalu itu pun tulisan yang tidak berkualitas haha (seperti yang ini juga).
Banyak hal yang aku lalui selama rentang waktu tersebut, ada hal sedih dan menyenangkan. Pastinya apa yang telah aku lalui memberi banyak pelajaran yang berharga. Dan memberi arti dalam kehidupanku untuk lebih bersyukur lagi dan lagi.
Pindah ke Papua Barat
Sejak awal tahun 2016, aku pindah ke Kota Sorong, salah satu kota besar (jika dibandingkan dengan kota lainnya di Papua) di Provinsi Papua Barat karena mengikuti suami. Untuk ikut pindah bersama suami, aku harus resign dari pekerjaanku, tapi its ok lah karena aku pikir itu sebanding dengan tinggal bersama suami. Namun kenyataan tak seindah angan, seminggu tinggal di Sorong, suami harus diklat selama satu bulan di Semarang.. What...!!
Aku yang baru datang ke Sorong dan belum tahu apa-apa harus tinggal sendirian tanpa suami selama satu bulan. Terus terang aku stress banget, karena belum begitu tahu seluk-beluk tentang Sorong, apalagi banyak rumor bahwa disini masih rawan kejahatan. Tapi mau bagaimana lagi, yang namanya keajiban (diklat) ya harus dijalani, dan aku tidak mungkin juga langsung pulang ke Jawa, karena baru saja sampai Sorong. Akhirnya aku tetap bertahan di Sorong meski harus sendirian.
Sekarang sudah setahun lebih disini, dan mulai terbiasa ketika suami dinas luar kota. Hampir setiap bulan selalu ditinggal suami. Dulu berharapnya tidak LDM (long distance marriage) lagi sama suami, tapi ternyata tetap saja merasakan LDM juga, meskipun tidak terlalu lama seperti ketika suami bekerja di kapal.
Tidak bisa bekerja lagi
Sejak ikut ke Sorong, suami tidak mengijinkan aku untuk bekerja lagi, alasannya karena rawan dan bahaya, terus suami juga tidak mau kalau aku bekerja campur baur dengan laki-laki, yang terakhir suamilah yang wajib menafkahi keluarga dan Alhamdulillah gaji suami cukup menghidupi kami, jadi istri tidak usah bekerja.
Awalnya sedikit berat, karena capek kuliah 4 tahun dan akhirnya tidak terpakai. Ijazah yang dulu diperjuangkan, sekarang jadi rapi tersimpan dan tidak terpakai. Berasa sia-sia banget. Tapi kemudian setelah aku renungkan, ada benarnya juga suami melarang. Tugas istri bukan cari nafkah. Dan jika suami sudah bilang tidak apalagi itu dengan alasan yang baik, maka sebagai istri saya wajib mematuhi. So, sekarang aku jadi lebih ikhlas menjalaninya sebagai istri rumah tangga yang berijazah S1 tapi tidak bekerja. :) Dengan begini jadi lebih bisa fokus mengurus keluarga.
Diluar sana banyak wanita yang bingung bekerja untuk dapat penghasilan, bersyukur sekali aku tanpa harus pusing cari kerja tapi sudah dapat income rutin per bulan dari suami.. Alhamdulillah. :)
Sudah lama sekali blog ini tidak aku kunjungi. Terakhir posting mungkin dua tahun lalu itu pun tulisan yang tidak berkualitas haha (seperti yang ini juga).
Banyak hal yang aku lalui selama rentang waktu tersebut, ada hal sedih dan menyenangkan. Pastinya apa yang telah aku lalui memberi banyak pelajaran yang berharga. Dan memberi arti dalam kehidupanku untuk lebih bersyukur lagi dan lagi.
Pindah ke Papua Barat
Sejak awal tahun 2016, aku pindah ke Kota Sorong, salah satu kota besar (jika dibandingkan dengan kota lainnya di Papua) di Provinsi Papua Barat karena mengikuti suami. Untuk ikut pindah bersama suami, aku harus resign dari pekerjaanku, tapi its ok lah karena aku pikir itu sebanding dengan tinggal bersama suami. Namun kenyataan tak seindah angan, seminggu tinggal di Sorong, suami harus diklat selama satu bulan di Semarang.. What...!!
Aku yang baru datang ke Sorong dan belum tahu apa-apa harus tinggal sendirian tanpa suami selama satu bulan. Terus terang aku stress banget, karena belum begitu tahu seluk-beluk tentang Sorong, apalagi banyak rumor bahwa disini masih rawan kejahatan. Tapi mau bagaimana lagi, yang namanya keajiban (diklat) ya harus dijalani, dan aku tidak mungkin juga langsung pulang ke Jawa, karena baru saja sampai Sorong. Akhirnya aku tetap bertahan di Sorong meski harus sendirian.
Sekarang sudah setahun lebih disini, dan mulai terbiasa ketika suami dinas luar kota. Hampir setiap bulan selalu ditinggal suami. Dulu berharapnya tidak LDM (long distance marriage) lagi sama suami, tapi ternyata tetap saja merasakan LDM juga, meskipun tidak terlalu lama seperti ketika suami bekerja di kapal.
Tidak bisa bekerja lagi
Sejak ikut ke Sorong, suami tidak mengijinkan aku untuk bekerja lagi, alasannya karena rawan dan bahaya, terus suami juga tidak mau kalau aku bekerja campur baur dengan laki-laki, yang terakhir suamilah yang wajib menafkahi keluarga dan Alhamdulillah gaji suami cukup menghidupi kami, jadi istri tidak usah bekerja.
Awalnya sedikit berat, karena capek kuliah 4 tahun dan akhirnya tidak terpakai. Ijazah yang dulu diperjuangkan, sekarang jadi rapi tersimpan dan tidak terpakai. Berasa sia-sia banget. Tapi kemudian setelah aku renungkan, ada benarnya juga suami melarang. Tugas istri bukan cari nafkah. Dan jika suami sudah bilang tidak apalagi itu dengan alasan yang baik, maka sebagai istri saya wajib mematuhi. So, sekarang aku jadi lebih ikhlas menjalaninya sebagai istri rumah tangga yang berijazah S1 tapi tidak bekerja. :) Dengan begini jadi lebih bisa fokus mengurus keluarga.
Diluar sana banyak wanita yang bingung bekerja untuk dapat penghasilan, bersyukur sekali aku tanpa harus pusing cari kerja tapi sudah dapat income rutin per bulan dari suami.. Alhamdulillah. :)
0 komentar:
Post a Comment